Perilaku dan Pola Asuh Pada Anak

Perilaku dan pola asuh pada anak | Ketika anak sudah menunjukan perilaku seperti mulai memberontak, bersikap kasar, menjadi pemurung. Sebagai orang tua sudah bisan menerapkan kedisiplinan. dengan menerapkan sistem ini akan mengajarkannya untuk berlatih tanggung jawab dengan memotivasi.  langkah tersebut untuk membangun percaya diri dan akan membuat mereka merasa di cintai. dan ini sangat membantu perkembangan mental dalam bergaul. langkah langkah yang harus dilakukan guna membantu perkembangan dengan prilaku dan pola asuh yang tepat adalah sebagai berikut :

1. Meluangkan waktu untuk anak
anak perlu mendapatkan perhatian yang cukup dari orang tua, sehingga harus dapat meluangkan waktu bersama mereka. bukan apa yang harus diberikan kepada anak tapi waktu bersama anak.

2. Buatlah diri kita menjadi contoh
perilaku anak biasanya mencerminkan tentang apa yang dilihat, maka kita harus berhati hati dalam bertindak apabila berada di sekitar mereka.
 
3. Melatih anak untuk mandiri
Walaupun anak masih kecil masih usia dua tahunan larutkan anak dalam kesibukan sehari hari, anak akan memahami bagaimana melakukan sesuatu yang terbaik untuk dirinya, dapat mengajak belanja, mengajaknya memilih sayur, membuang sampah, dan kegiatan lainnya yang dirasa anak sudah mampu.
4. Perlihatkan anak dengan sebab akibat
jangan terlalu banyak mencampuri urusan serta memperhatikan mereka secara berlebihan. Apabila hal ini terjadi akan menciptakan pribadi pribadi manja pada anak. biarkan mereka menanggung konsekuensi yang timbul akibat perbuatannya.
 
5. Gunakan hukuman yang masuk akal
Dalam perjalanan pasti banyak kesalahan yang diperbuat oleh anak kita boleh menghukum asal hukuman itu bersifat mendidik anak untuk tanggung jawab.

6. Jangan memperlihatkan amarah pada anak
Dihadapan anak anak jangan sampai marah walaupun mereka memancing kemarahan. bila itu terjadi menghindarlah, dan jika ia mengulangi hadapi jangan meninggalkannya dalam keadaan marah.
 
7. Jangan memberikan penilaian jelak pada anak
jangan sekali kali mengatakan kamu nakal karena hal seperti ini akan merusak harga dirinya. berikan pengarahan untuk meyakini bahwa bukan dia yang dibenci tapi perbuatannya.
 
8. Bersikap tegas
terhadap anak kita harus berisikap ramah tetapi tegas dan jangan memanjakannya melainkan mendidik untuk belajar disipilin. anak harus dapat menjalankan kewajibannya dengan baik jangan sampai membuat anak terima kasih tetapi dengan rasa takut.
 
9. Bersikap konsisten
Bila ada aturan yang melarang anak untuk jajan sembarangan, kita harus tegas jangan sampai kalah ketika menangis, merengek, bahkan berteriak untuk minta jajan yang mungkin itu tidak baik untuk anak.

Semua itu adalah perilaku yang dapat diterapkan pada anak untuk mendidik. keluarga akan membentuk sikap dan perilaku mereka. kesembilan point diatas merupakan sebagian pola asuh untuk mendapatkan anak yang berhasil kognitif, afektif dan perilakunya. Amiin

Tipe Ideal Seorang Pendidik

Tipe ideal Seorang Pendidik | apa saja sifat yang harus disandang oleh para pendidik, baik meliputi ayah, ibu dan guru ? ada beberapa sifat dasar yang mesti dipenuhi oleh setiap pendidik yang bersentuhan langsung dengan pendidikan dan pengajaran anak. diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bijaksana dan sabar
Bijaksana dan sabar merupakan sifat yang dicintai oleh Alloh SWT,  dan memiliki pengaruh besar dalam bidang pendidikan. 

2. lembut dan lunak
Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah , ia berkata Rasululloh SAW, bersabda: " Sesungguhnya Alloh Maha lembut dan mencintai kelemah lembutan, Dia memberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikan kepada kekerasan dan apa yang tidak diberikan kepada sesuatu yang lain."

3. Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan sifat yang disandang pendidik yang sukses. kasih sayang kedua orang tua kepada anaknya bersifat lebih khusus. kasih sayang terhadap anak merupakan salah satu pondasi perkembangannya, serta pilar pertumbuhan kejiwaan dan sosialnya secara kuat dan normal. Apabila anak kehilangan cinta kasih, ia akan tumbuh secara menyimpang di tengah masyarakat, tidak mampu bekerjasama dengan individu individu masyarakat dan membaur di tengahnya.

4. Terjauh dari kemarahan
Diantara sifat pendidik yang sukses, baik ibu, ayah, dan guru atau siapa saja yang menempatai posisi tersebut adalah terjauh dari kemarahan. Sebab, kemarahan banyak mengandung efek negatif di dalam proses pendidikan.

5. Lunak, ramah dan memberi kemudahan sebatas yang diperbolehkan oleh syari'at.

karakter pendidik yang sukses
Tipe Idel Seorang Pendidik

6. Memilih yang termudah dari dua perkara, selama tidak mengandung dosa
yang dimaksud dua perkara hendaknya perkara mubah dan syar'i. Sehingga, seorang pendidik dalam interkasinya dengan anak anak dan murid murid memilih metode paling baik, waktu paling sesuai, kata kata dan ungkapan paling tepat, serta pengarahan paling lembut, agar ia bisa sampai kepada akal mereka dengan upaya yang paling minim dan pintas.

7. Bersikap adil dan pertengahan dalam mengarahkan, mendidik dan berinteraksi, karena sikap ekstrim, berlebih lebihan dan keras tidak memiliki tempat di dalam agama islam.

8. Sederhana
Diantara sifat pendidika yang sukses adalah sederhana dalam menyampaikan nasihat, sedikit beribicara dan tidak berpanjang lebar. para sahabat tahu karakter ini dari perbuatan Rasululloh SAW, sebagai tauladan bagi kaum muslimin.

9. Memberi Teladan
Selanjutnya adalah karekater pendidik yang sukses adalah memberi teladan yang baik dan tidak membuat kontradiksi antara perbuatan dan perkataan.

Itulah beberapa karakter pokok terpenting yang seyogyanya dimiliki oleh seorang pendidik muslim. Tidak seseorang pendidik menyandang karakter karakter tersebut, kecuali ia menjadi teladan baik yang dapat membentuk orang orang besar dan mencetak para pahlawan.

Macam-Macam Hukuman Terhadap Anak

Macam-macam Hukuman terhadap Anak | Hukuman dalam pengertian pendidikan agama islam adalah hukuman yang memiliki tujuan mendidik dan mengarahkan. jadi, tujuan dari hukuman bukanlah pembalasan terhadap pelaku kesalahan, atau menimpakan bahaya terhadapnya, atau menegakan had atas dirinya. Sebagaimana hukuman bukanlah satu satunya sarana untuk meluruskan penyimpangan anak.

Hukuman hanyalah satu sarana diantara sekian banyak sarana pendidikan islam. hukuman mempunyai tujuan berupa kebaikan dan keshalihan anak. hukuman dibarengi dengan rasa kasih sayang dan kelembutan dan terikat oleh berbagai syar'i  yang tidak boleh terpisah darinya. dalam penerapanya, hukuman dilakukan secara bertahap, dimulai dengan hukuman ringan, kemudian meningkat  hingga yang lebih berat.

Diantara bentuk bentuk hukuman terhadap anak adalah sebagai berikut :

1. Nasihat, arahan dan peringatan.  Rasululloh SAW, pernah melakukan metode ini terhadap salah seorang anak yang melakukan kesalahan. suatu kali beliau melihat seorang anak yang tangannya bergerak kesana ke mari pada makanan, lalu beliau bersabda kepadanya untuk mengajarkan tata cara makan, "wahai anak, sebutlah nama Alloh, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang ada didekatmu". Muttafaqun 'alaih ).

2. Berpaling. Disebutkan di dalam Shahihul Jami', " bahwasanya apabila Rasululloh SAW  melihat kedustaan pada salah seorang keluarga beliau, beliau  terus saja berpaling darinya hingga orang itu bertaubat".
macam-macam hukuman terhadap anak didik atau siswa
macam-macam hukuman terhadap anak

3. Bermuka masam. Terkadang hal ini berpengaruh pada sebagian orang, sehingga  membuat mereka jera dari kesalahan yang mereka perbuat.

4. Pencegahan. Contohnya adalah tindakan Rasululloh SAW mencegah Hasan bin Ali RA dengan sabda beliau, " Tinggalkanlah, tinggalkanlah. Buanglah (kurma itu ), tidaklah kamu mengetahui bahwa kita tidak memakan harta sedekah". ( HR. Muslim )

5. menghentikan suatu perbuatan. Rasululloh SAW sang pendidik, pernah meminta kepada seseorang yang besendawa di hadapan  beliau dengan sabdanya, "tahanlah sendawamu dari hadapan kami". (Sahihul Jami')

6. Pemboikotan ( Mendiamkan). ini dilakukan bila seseorang pendidik membutuhkannya. Misalnya, seorang anak meninggalkan sholat atau mengucapkan kata kata yang tidak sopan, dengan batas waktu 3 hari.

7. celaan. yaitu kata kata keras yang diucapkan seorang pendidik kepada anak yang tidak mau menerima nasihat.

8. Memajang tongkat. Dianjurkan bagi pendidik, baik ayah maupun pengajiar, untuk memajang cambuk di dinding agar dilihat oleh anak-anak, sehingga diharapkan mereka menahan diri dari berbuat salah.

variasi hukuman ini mengandung hikmah yang sesuai dengan perbedaan karekater masing masing jiwa. ada jiwa yang dapat mengambil manfaat dari nasihat, namun tidak terpengaruh oleh tindakan pencegahan. Jiwa yang lain menjadi gentar oleh pencegahan, namun tidak bisa menerima pemboikota. ada juga yang tidak bersedia tunduk kepada kebenaran dan menahan diri dari keburukan kecuali dengan ancaman, kecaman, dan pukulan.

itulah berbebagai macam tipe hukuman untuk anak dirumah atau mungkin seorang guru untuk anak muridnya di sekolah, semoga apa yang telah ditulis diatas bisa menginsfirasi semua yang membaca artikel ini dan mempraktekannya sehingga kita mempunya anak yang sholeh dan solehah. amin.

daftar pustaka : koreksi kesalahan mendidik anak muhamad bin ibrahim al hamd, hamd hasan raqith, Nabawi    2011

menanganai anak yang kesulitan menulis

Pernah menghadapi anak kesulitan menulis ? bagaimana penanganannya ? untuk menjawabnya mari kita simak penjelasan singat berikut ini. 

langkah pertama yang dilakukan dalam cara menangani anak yang kesulitan menulis adalah dengan memposisikan tinggi tulisan yang ada di papan tulis dengan mata anak yang kesulitan tersebut. ada dua macam pendekatan yang dilakukan hal ini :

pertama : pendekatan multi sensori
pendekatan multisensori adalah anak melihat ( secara menulis ), mendengar ( penjelasan secara menulis ) dan menelusuri contoh huruf. adapun tahan pengajaran yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
  1. guru menunjukan huruf yang akan ditulis.
  2. guru menyebutkan nama huruf dan sambil memperagakan, guru menjelaskan cara menulisnya. misalnya " kita mulai dari tengah garis membuat garis lengkung ke kiri sampai garis bawah. kemudian mulai dari atas kita buat garis ke kanan, sampai kira kira ujung garis lengkung, kita tarik lurus kebawah , dengan ekor sedikit ke kanan. kita sudah membuat huruf "a".
  3. anak menelusuri huruf sambil mengucapkan keras keras gerakan tangannya seperti yang telah dilakukan oleh guru.
  4. anak menelusuri huruf dengan pensil 
  5. anak menyalin huruf di kertasnya.
kedua : model berangsur
metode pembelajaran cara menangani anak yang kesulitan menulis
menganani kesulitan menulis pada anak
dalam hal ini contoh huruf disajikan dengan tulisan sangat tebal, anak menelusurinya lagi, kemudiannya menyalinnya ke kertasnya. pengurangan ketebalan contoh huruf secara berangsur ini dapat berupa huruf dengan tulisan tipis, huruf dengan garis garis putus, dan huruf dengan titik pada sudut sudutnya saja.

tetapi perlu diingat kegiatan seperti ini jangan . lama, tetapi harus segera dialihkan ke kata bermakna dengan prosedur yang sama. hal ini untuk mencegah rasa bosan dan sikap negatif terhadap pengajaran menulis. paga kegiatan menyalin, sebaiknya anak juga diberi contoh tulisan pada selembar kertas dengan ukuran yang sama dengan  kertas tulisan anak.

memang semua ini perlu kesabaran, sebagai seorang pengajar keuletan dalam hal mendidik anak, kesabaran dalam mendidik anak dalam hal ini menulis, sudah barang tentu butuh pengorbanan. memang banyak anak kesulitan belajar tetapi dengan kesabaran dan keuletan pasti akan mendapatkan hasil yang diinginkan. selamat berjuang bapak dan ibu guru sukses selalu dengan pengajarannya.


Ciri Anak Rendah Percaya Diri

Ciri ciri anak yang mempunyai Rendah percaya dirinya, ciri anak yang mempunyai percaya diri rendah.
Pada kesempatan kali ini kumpulan-soal-matematika-sd.blogspot.com, akan menulis tentang Ciri ciri anak yang mempunyai Rendah percaya dirinya, ciri anak yang mempunyai percaya diri rendah. mungkin kejadian ini pernah ada di hadapan kita, bagaimana selanjutnya, silahkan simak dibawah ini.
  1. Anak enggan untuk berangkat ke sekolah dan tempat keramaian
  2. anak takut berinteraksi dengan lingkungan sosial
  3. Anak tidak mau berkenalan dengan teman sebaya, cenderung menghindari kontak mata dengan siapa saja, merasa cemas, dan suka menarik diri dari interaksinya dengan orang lain.
  4. Anak selalu menempel dengan orang tua, atau yang mengasuhnya dan dia bisanya tidak mau tinggal disekolah atau tempat dimana ada banyak orang. contohnya sekolah.
  5. Memiliki konsep negatif takut tidak diterima oleh orang lain.
Nah apakah anak anda seperti itu, berhati hatilah segera untuk mecari obat atau solusinya jangan sampai berkelanjutan, jika berkelanjutan segera hubungi ahli psikologi atau orang yang anda percaya mempunya kemampuan yang kompeten dengan hal tersebut. selamat mencoba. salam.

Keteladan Dalam mendidik Anak

Keteladanan Dalam Mendidik anak

Kali ini kumpulan-soal-matematika-sdspot.com akan memposting tentang keteladanan dalam mendidik anak. seperti apa keteladanan mendidik anak itu?, mari kita simak penjelasan yang banyak dibawah ini.

Menjadi teladan bagi anak tidak cukup hanya melakukan semua hal yang baik di depan anak, tetapi juga perlu adanya penguatan membimbing dan mengarahkan anak dalam pembiasaan. Misalnya orang tua yang selalu mengucapkan salam saat keluar atau masuk rumah, hampir dapat dipastikan bahwa anak akan mengikuti kebiasaan tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa bagaimanapun juga orang tua menjadi contoh atau teladan bagi sang anak. Ada sedikit perbedaan antara pembiasaan dan keteladanan. Namun keduanya saling menunjang. Keteladanan merupakan konotasi kata yang positif sehingga hal yang mengikutinya adalah perilaku, sikap maupun perbuatan yang secara normatif baik dan benar.

Dalam keteladanan terdapat unsur mengajak secara tidak langsung sehingga kurang efektif tanpa ada ajakan secara langsung yang berupa pembiasaan. Begitu pula sebaliknya, pembiasaan yang secara langsung mengarahkan pada perilaku, sikap, maupun perbuatan yang diharapkan, kurang mendapat hasil optimal bila tidak disertai dengan keteladanan. Sebagian orangtua ada yang selalu ingin mencampuri urusan anak dan mengawasi setiap hal-hal kecil yang dilakukan anak .

Salah satu alasannya adalah bahwa semua yang dilakukan mereka tersebut adalah untuk kebaikan anak di masa yang akan datang. Oleh karena itu, orangtua seperti itu selalu berusaha untuk ikut mengatur dan melibatkan diri dalam kehidupan anak mereka. Misalnya, orangtua mengatur anak bahwa pada jam tertentu anak harus belajar, pada hari tertentu anak harus mengikuti kursus sepak bola, setelah pulang dari sekolah anak tidak boleh main ke luar bersama teman-teman di lingkungannya dan pada jam yang sudah ditentukan pula anak harus tidur siang. Bahkan, orangtua seperti ini biasanya akan mudah mengkritik anak apabila mereka mendapatkan anak melakukan suatu kesalahan.

Hal tersebut mereka lakukan supaya hal-hal yang dianggap kurang baik di mata keluarga dapat segera ditinggalkannya. Orangtua sangat mengharapkan di masa depan nanti anak mereka dapat tumbuh dan hidup lebih baik. Namun, dalam upaya mewujudkan kasih sayang tersebut masih banyak orangtua yang menganggap bahwa pemikiran dan tindakan orangtua adalah selalu benar. Padahal pada kenyataannya tidak demikian. Banyak anak justru merasa terkekang, frustrasi, dan terjerumus ke dalam lingkungan yang salah karena ’sikap’ orangtua yang terlalu melindungi, mengatur, dan mengkritik anak. Selama ini masih banyak sekali anggapan bahwa saat anak bertanya pada orang tua, sering kali orang tua menganggap anak kurang mengerti pada suatu hal. Padahal apabila dikaji lebih jauh lagi, saat anak bertanya, dia sangatlah tertarik pada banyak hal yang belum diketahui sebelumnya. Tugas orang tua menyikapi pertanyaan anak adalah member penjelaskan sesuai dengan usia dan daya nalar masing-masing anak.

Mengasuh dan membesarkan anak dengan cara bijaksana dapat membantu anak mampu hidup lebih baik di masa yang akan datang. Berikan kepercayaan kepada anak untuk dapat mengatur dirinya sendiri supaya kelak ia mampu hidup mandiri dan bertanggung jawab. Berusaha untuk mengerti dan empati terhadap tindakan salah yang mungkin sesekali terjadi pada diri anak dapat membuat anak menyadari dan memperbaiki kesalahannya dengan perasaan senang.

Menjalin komunikasi yang baik dengan anak karena dengan demikian ’pembatas’ yang menghalangi batin di antara orangtua dan anak akan hilang. Di antara orangtua dan anak akan tumbuh sikap saling terbuka, saling mengerti apa yang diinginkan oleh masing-masing, dan saling menjaga untuk tidak membuat satu sama lain kecewa atau ’terkhianati’.

Cara Mendidik Anak yang terbaik

Mendidik anak dengan cara yang terbaik

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk mendidik anak dan memberikan mereka yang terbaik. Untuk itu orang tua memegang peranan yang penting dalam proses pendidikan kepada anak. Bukan mutlak menjadii tanggung jawab di sekolah saja, namun penciptaan lingkungan yang kondusif juga perlu diperhatikan untuk memancing potensi, kecerdasan dan rasa percaya diri serta tanggung jawab saat anak sedang dalam proses bertumbuh kembang. Orang tua yang telah memiliki anak yang sudah dewasa pun, kadang-kadang tetap “belum” mengerti cara mendidik yang baik. Mereka tetap saja heran apabila melihat sang anak melakukan hal yang bertentangan dengan keinginan orangtua, terlebih lagi apabila sang anak melakukan hal yang menyimpang dari kebiasaan-kebiasaan sehari-hari.

Menurut penelitian dari psikolog anak, disimpulkan bahwa lebih dari 90% permasalahan anak disebabkan oleh kesalahan atau ketidaktahuan orangtua tentang cara komunikasi dan penyampaian nilai yang baik terhadap sang anak. Bagi kebanyakan orang tua, sadar maupun tidak sadar, seringkali memperlakukan anak sebagai "robot" yang bisa diperintah dan harus menjalankan setiap perintah yang diberikan kepadanya. Mereka melupakan bahwa seorang anak juga merupakan suatu individu dalam bentuk lebih kecil yang memiliki, perasaan, keinginan, dan tindakan. Seorang anak membutuhkan perhatian dan kesabaran orang tua dalam menghadapinya. Beberapa peneliti mencatat tentang keterlibatan orang tua dalam mendidik anak dan sangat berpengaruh positif pada :

• Membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri
• Meningkatkan pencapaian prestasi akademik
• Meningkatkan hubungan antar orang tua – anak
• Membantu orang tua bersikap positif terhadap perilaku anak
• Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik tentang proses pembelajaran pada anak

Tugas utama seorang pendidik ( bias orang tua, guru atau siapapun ) adalah membangun jiwa mereka agar siap menerima berbagai pelajaran dan pembelajaran dan kelak dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk kebaikan bersama. Hal tersebut tidak bisa didapatkan dalam waktu yang pendek, namun memerlukan sebuah proses yang panjang. Keberhasilan dalam pembelajarannyapun juga amat bervariatif. Hasilnya tidaklah sama antara anak yang satu dengan yang lainnya. Penyebab perbedaan tersebut adalah latar belakang keluarga masing masing yang tentunya mempunyai ”aturan” yang berlaku. Anak tentunya akan mengikuti peraturanperaturan yang dibuat oleh orang tuanya dan itu sudah menjadi hal yang tidak bias dihindari. Dengan kata lain, anak akan mengikuti apapun yang menjadi “keputusan” orang tuanya. Oleh sebab itu, disinilah yang dimaksudkan dengan pentingnya peran orang tua secara mutlak.

Perlu diketahui bahwa tak ada anak yang bodoh di dunia ini. Anak mempunyai kecerdasan yang luar biasa dan bakat yang berbeda-beda. Tugas kita sebagai orang tua hanyalah memfasilitasi mereka sesuai
perkembangan yang mereka butuhkan. Ada berbagai kajian tentang hakikat anak, antara lain:

1. Anak bersifat unik
2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan
3. Anak bersifat aktif dan energik
4. Anak bersifat egosentris
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal
6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi dan masih mudah frustasi
8. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak
9. Anak memiliki daya perhatian yang pendek
10.Masa anak merupakan masa pembelajaran yang paling potensial
11. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman Anak memikili karateristik pembelajaran yang berbeda dengan orang dewasa.

Pada masa anak-anak, pembelajaran dapat dilakukan anak lewat cara bermain, membangun pengetahuannya secara alamiah dan berpotensi paling baik bila apa yang dipelajarinya selalu mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik dan fungsional. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang bisa dilakukan orang tua untuk mencapai harapan tersebut ? karena harapan tanpa adanya upaya yang sungguhsungguh adalah sia-sia dan hanyalah sebatas harapan kosong semata. Betapapun anak mendapat pengetahuan agama yang baik di sekolah, TPA, ataupun yang lain, tidak akan besar pengaruhnya bila dibandingkan dengan memperolehnya secara langsung lingkungan dalam keluarganya. Falsafah jawa mengatakan “iso amargo kulino” (bias karena terbiasa) adalah ungkapan yang sangat tepat dalam pembelajaran buat anak. Demikian juga dalam proses pembentukan karakter (self konsep) pada anak. Keteladanan terbukti dalam penanaman nilainilai pada anak.

Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak

Cara Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak
Menyimak artikel yang tentang Bagaimana Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak yang ditulis oleh Tuti Wibowo sepertinya saya tertarik untuk mempostingnya di blog ini. Penasaran dengan bagaimana Membentuk karakter mandiri Pada Anak mari kita simak penjelasan yang hebat dibawah ini.

Permasalahan kali ini yang saya ingin bahas adalah permasalahan seorang anak yang manja dan kurang mandiri. Orang tua sering mengeluhkan kepada saya. Aduh anak saya ini kurang mandiri, gimana caranya ya membuat dia mandiri. Kayaknya dia ini terlalu manja dech. Saya dulu dibesarkan orang tua dengan ekonomi yang pas-pasan. Akhirnya saya jadi berjuang sendiri untuk melakukan segala sesuatu. Anak saya ini sepertinya terlalu enak.

Biasanya ketika orang tua mulai mengeluhkan seperti itu, saya hanya berbalik menanyakan kepada mereka. “Pak, Bu.. sebenarnya Anda sudah tahu kan jawabannya harus bagaimana?”, “Lho maksud Anda bagaimana?” Mereka balik bertanya, “tadi Bapak Ibu sudah mengatakan bahwa ketika Anda dulu di besarkan pas-pasan dan Anda harus melakukannya semua sendiri. Dan anak Anda sekarang terlalu nyaman karena semua sudah Anda sediakan. Justru itulah permasalahannya, Anda menyediakan segala sesuatunya bagi anak Anda tanpa membuat dia berjuang. Anda sudah tahu permasalahannya tapi Anda masih lakukan”. Mereka mulai menyadari permasalahannya sekarang. “Tapi bagaimana lagi kan kasihan? Daripada dia repot-repot”. Justru itulah permasalahannya, kita tidak mau membuat anak kita repot. Sebenarnya itu tidak membuat anak kita repot. Sebenarnya itu untuk latihan yang perlu di jalaninya agar dia bisa mengembangkan dirinya.

Anak-anak yang kurang mandiri dan manja, adalah anak-anak yang tidak mengembangkan otonominya. Anda perlu tahu bahwa pada satu tahap perkembangan anak, mereka mempunyai sebuah tahap dimana mereka ingin otonomi lebih besar. Ini dimulai ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun. Dia ingin melakukan sesuatu saat itu. Tetapi biasanya kita orang tua terkadang terlalu melindungi anak. Ketika dia ingin memanjat kursi, kita larang dia, “jangan nanti jatuh”. Ketika dia memegang sesuatu tidak kita perbolehkan karena takut pecah dan lain sebagainya. Nah, akhirnya anak ini menjadi pasif dan hanya menunggu apa yang kita berikan atau apa yang diberikan oleh pengasuhnya. Ketika hal ini terjadi bertahun-tahun maka kita sudah mulai membentuk sebuah pola dalam diri anak kita. Untuk menjadi pasif dan tidak mandiri. Cobalah Anda memberikan sebuah latihan agar anak-anak mengerjakan sendiri.

Jika Anda mempunyai anak yang sudah menginjak kelas 1 SD, sebaiknya jangan bawakan tasnya ketika dia turun dari mobil. Anda mungkin berpendapat, “aduh.. saya kan harus berangkat kerja, kalau tunggu dia lama banget”. Itu tidak boleh di lakukan. Anda bisa berangkat lebih awal jika Anda tahu itu akan membuat Anda terlambat dan biarkan dia bawa tasnya sendiri masuk ke kelasnya. Jangan hanya karena kita tidak mau repot akhirnya “udah sini tak bawain sudah masuk di kelas”. Itulah hal-hal kecil yang membuat anak Anda jadi kurang mandiri. Jika dia sudah bisa mengembalikan piring yang dia gunakan untuk makan ke tempat cucian, biar dia melakukannya. “Lho.. kalau begitu apa gunanya pembantu yang saya bayar”. Justru itulah masalahnya Anda tidak memberikan kesempatan anak Anda untuk mengembangkan dirinya. Semua itu perlu latihan. Anda tidak bisa membuat seorang anak mandiri tanpa sebuah proses. Sama seperti ketika dulu kita di besarkan oleh kondisi susah payah oleh orang tua kita. Saat itu orang tua kita mungkin tidak sengaja melakukan hal tersebut pada kita. Bahkan mungkin mereka merasa bersalah karena tidak bisa melayani kita sebaik mungkin. Tetapi justru itulah yang baik ternyata bagi kita, bagi perkembangan kita. Kita akhirnya menjadi seorang yang mandiri. Dan kemudian ketika kita sekarang sudah menjadi orang yang berhasil kita tidak melakukan itu pada anak, dengan alasan kasian.

Para pembaca yang budiman, inilah permasalahannya kita harus melatih anak kita untuk memiliki karakter mandiri. Kita harus memberikan kesempatan pada mereka seluas-luasnya untuk mengembangkan diri dengan mengerjakan banyak hal kecil-kecil yang sangat-sangat berguna bagi perkembangan karakternya. Ketika seorang anak mengembalikan piring makannya di tempatnya, mengangkat tasnya sendiri, mengembalikan sepatunya pada saat dia telah selesai pakai, atau melakukan kegiatan kecil-kecil maka si anak akan merasakan sebuah harga diri yang positif. Dia akan merasa bahwa dirinya sejajar dengan orang dewasa yang melakukan hal-hal tersebut. Ini akan membuat percaya dirinya melambung tinggi. Oleh karena itu berikanlah kesempatan ini pada anak-anak anda. Anda tidak akan pernah kecewa melihat mereka bertumbuh dan berkembang dengan semangat kemandirian ketika mereka mulai menginjak masa-masa remaja.

Jadi pastikanlah Anda memberikan suatu kesempatan pada anak Anda untuk melakukan apa-apa yang dia telah mampu lakukan. Itulah kunci untuk membantu seorang anak memiliki karakter mandiri, percaya diri dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan tanggung jawab penuh.

sumber artikel: http://www.pendidikankarakter.com/bagaimana-membentuk-karakter-mandiri-pada-anak/

Bersikap Adil dan Sama Terhadap Sesama Anak

SDI NIDA EL_ADABI
nuraurora.wp-Sdinda
sdinda kali ini akan membahas kelanjutan dari mendidik anak cara nabi, pada tulisan sebelumnya telah dibahas, kemudian kelanjutan yang berikutnya adalah teladan yang baik, dan sekarang kita akan membahas tentang Bersikap Adil dan Sama Terhadap Sesama Anak.

Diantara bentuk keadilan adalah melerai anak-anak jik sedang bertengkar,  karena dalam per-tengkaran ada pihak yang zalim dan ada pihak yang dizalimi. 

Oleh karena itu Tirmidzi Mengatakan, " Aku pernah melihat Abu Abdillah (nama lain dari Imam Ahmad Bin Hambali) berjalan melewati anak-anak di madrasah yang sedang bertengkar lalu beliau melerai mereka " ada empat hal yang mempengaruhi pertengkaran yaitu:

Menyalahkan anak lain, Membela anak dihadapan orang lain, menumbuhkan permusuhan di hati anak, meminta pertanggungjawaban orang tua.
Nah itulah penjelasan dari Bersikap Adil dan Sama Terhadap Sesama Anak, wasalm.

Teladan Yang Baik

SDI Nida El-Adabi
Sdi nida eldabi kembali lagi, kali ini sdinda atau sd islam nida eladabi menghadirkan artikel atau tulisan tentang Metode Mendidik Anak, (artikelnya disini ). khususnya membahas tentang Teladan yang baik, seperti apa teladan yang baik itu?, mari kita simak penjelasan singkatnya dibawah ini:
Nida El-Adabi: Teladan
Teladan yang Baik
Keteladan yang baik memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa anak. Sebab, anak banyak meniru kedua orang tuanya, bahkan keduanya bisa membentuk karakter anak. Jika anak mendapati kedua orang tuanya berlaku jujur, maka mereka akan tumbuh diatas kejujuran. Demikian pula dalam hal hal lainnya. 
Maka teladan yang baik merupakan hal yang penting bagi perkembangan anak. 

Mendidik Anak Seperti Nabi

Nida El-Adabi | Sdinda | SDI Nida El-Adabi | SD Islam Nida El-Adabi
Mendidik Anak Ala Nabi | Mendidik Seperti Nabi
Metode ini harus dipegang oleh kedua orang tua, supaya ada kesamaan persepsi antara keduanya.
tulisan Ini saya ambil dari sebuah buku karangan Esti Sukapsih, S.Pd. dengan judul " Cara Yang Pintar Dan Bijak Mendidik Anak.

Marilah kita simak dibawah ini :
1. Teladan yang baik; Teladan yang baik memberikan pengaruh besar terhadap jiwa anak.
2. Bersikap adil dan sama terhadap anak; 
3. Memenuhi hak hak anak
4. Mendo'akan anak
5. Membantu anak untuk berbuat baik dan patuh
6. Jangan mencela; Rasulullah tidak pernah mencela berbagai perbuatan dan perilaku anak.
Nah inilah cara mendidik anak ala rasullulloh saw, semoga kita bisa membimbing anak anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah, amiin.



Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.